Senin, 05 April 2010

RSBI (Rintisan Sekolah Bertaraf atau Bertarif Internasional?)Untuk Siapa?

Disebuah pos kamling terjadi obrolan serius antara Pak Rasmad dengan Guru Karno. Pak Rasmad tengah berkonsultasi dengan Guru Karno tentang kelanjutan sekolah anaknya yang sekarang duduk di kelas IX SMP. Pak Rasmad hanya seorang tukang becak dan istrinya bekerja sebagai pembantu rumah tangga, tapi cita-citanya amat besar untuk dapat menyekolahkan anaknya ke jenjang yang lebih tinggi agar anaknya bernasib lebih baik dari orang tuanya. Sebagai tukang becak, beliau kerap mengantar anak sekolah ke sekolah-sekolah yang gedungnya terlihat mewah dengan AC yang berderet di setiap ruangan dan bertuliskan Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional. Pak Rasmad sering membatin andai saja anakku dapat bersekolah disini tentu dia tidak akan kepanasan dan pasti prestasinya makin cemerlang. Sehubungan dengan cita-citanya itulah Pak Rasmad berkonsultasi dengan Guru Karno yang tak lain adalah wali kelas anaknya. Beliau sering mendengar dari anaknya kalau Guru Karno adalah guru favorit karena cara mengajarnya mudah dimengerti , orangnya rajin dan sering memberikan motivasi supaya murid-muridnya mempunyai cita-cita yang tinggi. Obrolan santai itu sebagai berikut:
Pak Rasmad : “Pak Guru, saya ingin anak saya Rahmat melanjutkan di sekolah yang ada ACnya itu biar belajarnya lebih tenang karena adem, bagaimana caranya ya pak?”
Guru Karno : “oh….sekolah itu, gampang pak, syaratnya nilai rapot yang bagus dan mengikuti beberapa tes yang telah ditentukan”
Pak Rasmad : “ anak saya gimana pak, apakah dia memenuhi syarat itu?”
Guru Karno :” kalau masalah syarat yang itu saya yakin Rahmat mampu, tapi pak……ada hal lain yang perlu bapak pikirkan jika Ingin Rahmat bersekolah disitu”
Pak Rasmad : “ apakah anak saya kurang pandai pak, bukankah dia selalu berprestasi . Hal apalagi yang perlu saya siapkan?”
Guru Karno : “ anu pak…..” sejenak Guru Karno terdiam, lalu melanjutkan perkataannya “SPP bulanannya cukup besar” lalu dia menyebutkan nominalnya.
Pak Rasmad :”Hah…….besar sekali pak, itu sama dengan upah istri saya satu bulan. Kami bisa tak cukup makan kalau uangnya untuk bayar SPP”
Guru Karno :”ya…..begitu kenyataannya pak, tapi bapak jangan putus asa masih banyak sekolah lain yang bermutu. Dan saya yakin dimanapun Rahmat bersekolah dia akan tetap berprestasi”
Pak Rasmad terdiam, dia hanya menelan kembali kalimat-kalimat yang ingin diucapkannya. Dia hanya mampu bertanya dalam batinnya mengapa sekolah yang bertaraf Internasional SPPnya harus mahal, padahal dia ingin anaknya bersekolah di sekolah yang adem, dan gedungnya bagus. Pak Rasmad pun berandai-andai, seandainya pemerintah menyediakan sekolah bermutu yang banyak untuk anak-anak pandai dari keluarga tidak mampu seperti dirinya, seandainya dia tidak miskin sehingga untuk makanpun dia hanya mampu membeli beras raskin, jika sakit dia berobat mengandalkan jamkesmas, dan andai-andai yang lain. Keinginan kuatnya adalah anaknya bersekolah di sekolah yang baik tapi mengapa harus mahal ? apa bedanya sih RSBI dengan sekolah biasa? Apakah RSBI bukan untuk anaknya? Tapi dia tak berani menanyakan kepada Guru Karno karena dia tak mampu membayangkan besarnya SPP yang harus dia tanggung. Sementara itu Guru Karno pun membatin seandainya aku dapat membantu Rahmat bersekolah di sekolah yag baik, tentu prestasinya akan berkembang pesat, tapi bagaimana caranya, sebagai seorang guru yang gajinya kadang-kadang tidak cukup untuk makan satu bulan bersama anak-anak dan istrinya, belum lagi tuntutan untuk kuliah lagi agar meraih gelar sarjana sebagai syarat mengikuti sertifikasi guru, batinnyapun makin nelangsa, dia hanya dapat mendoakan semoga anak-anak seperti Rahmat dapat meraih cita-citanya dengan baik.

BPJS Untuk Meningkatkan Kompetensi Guru Menyusun RPP Berdiferensiasi

Oleh: Wati Rosanah, M. Pd.  Pengawas SMP Kabupaten Indramayu  Email: watirosanah44@dinas.belajar.id  BAB I PENDAHULUAN A.     Latar Bela...