Berusaha
terus pejamkan mata, tapi suhu udara malam yang dingin membuat saya susah tidur.
Mesin penghangat kamar sudah diatur pada suhu 280 C. Sepertinya badan
ini belum bisa menyesuaikan suhu Kota Beijing di awal musim semi ini. Lamat-lamat
suara morning call terdengar, waktu
menunjukkan pukul 05.00, pertanda harus segera bergegas turun ke lobby hotel. Satu
jam kemudian, saya turun menuju restoran hotel untuk sarapan, terlebih dahulu memasukkan
koper ke bagasi bus. Setelah dipastikan semua koper masuk ke bagasi, pukul 07.30
bus meninggalkan hotel Holiday Inn menuju stasiun kereta Beijingnan. Dari stasiun
ini kami akan menuju Kota Xuzhou Provinsi Jiangsu menggunakan moda kereta
kecepatan tinggi (KKT).
Holiday Inn Beijing |
Sebenarnya
untuk menuju Xuzhou dari Indonesia, bisa dipilih pesawat yang mendarat di Nanjing
yang jaraknya lebih dekat dengan kota tujuan. Tapi penerbangan ini pesawatnya
harus transit dulu di Kuala Lumpur sehingga waktu tempuhnya menjadi lebih lama.
Keuntungan lain mendarat di Beijing adalah bisa mengunjungi situs sejarah Lapangan
Tiaanmen, Forbidden City dan tembok
besar sebelum menuju Xuzhou.
Stasiun
Kereta Beijingnan sangat besar, memiliki fasilitas-fasilitas yang memanjakan
calon penumpang, antara lain, menyediakan air minum panas, ruang laktasi, toko-toko
penjual makanan dan ruang tunggu yang cukup luas dengan pintu check in yang banyak, serasa di bandara.
Tapi karena jumlah calon penumpang sangat banyak, stasiun ini masih saja terasa
sempit. Semua petunjuk ditulis dengan huruf China, untuk memahaminya, saya
menggunakan aplikasi terjemahan. Sambil menunggu jadwal kereta, saya
memperhatikan para calon penumpang yang begitu tertib untuk check in dan mengantre memasuki gate yang tertera pada tiket.
Pukul
10.10 kami diminta berbaris di depan gate
10.B. sesuai kelompok masing-masing. Setiap kelompok beranggotakan 5 orang. Sambil
berbaris, kami mendengarkan arahan dari pemandu wisata. Arahan yang disampaikan
yaitu penegasan bahwa kereta akan menaikkan dan menurunkan penumpang hanya
dalam waktu dua menit saja. Pengarahan ini berulang-ulang disampaikan, karena rombongan
kami sebanyak 63 orang dengan masing-masing membawa koper besar. Beruntung di
stasiun ini kami dibantu oleh porter,
jasa mereka sangat membantu meringankan beban kami. Tiba saatnya untuk check in, kami perlihatkan tiket beserta
paspor kepada petugas untuk diperiksa. Pemandu mengarahkan kami ke peron dimana
gerbong 13 akan berhenti.
Para porter menata dan mengangkut koper ke dalam kereta di Stasiun Beijingnan
|
Beberapa
menit kemudian kereta tiba, para porter
dengan cekatan menempatkan koper-koper kami di tempat bagasi dan kabin yang
terletak di atas tempat duduk gerbong 13. Sayangnya, ketika diamati, penempatan
koper tidak sesuai dengan posisi tempat duduk sang pemilik. Hal ini cukup
membuat kami khawatir, bagaimana cara mengambil koper ketika turun dari kereta,
sedangkan kereta berhenti hanya dua menit saja.
Begitu masuk ke dalam kereta, kami
berusaha untuk mencari koper masing-masing. Kejadian ini membuat gerbong cukup
heboh, karena setiap orang bergerak. Sampai beberapa menit perjalanan, kami
masih hilir mudik. Pak Ferry selaku ketua rombongan menyarankan agar kami duduk
di tempat masing-masing sambil menunggu arahan berikutnya. Kami pun duduk sesuai
dengan nomor kursi yang tertera pada tiket dan menikmati perjalanan. Saya
memperhatikan gerbong, bersih dan nyaman. Tersedia fasilitas televisi, air conditioner penghangat, dan air
panas beserta gelas kertasnya. Petugas restorasi hilir mudik menjajakan makanan
dan minuman. Petugas kebersihan lewat setiap selang waktu tertentu. Kecepatan
kereta mencapai 320 km/jam, tanpa suara, tanpa getaran, air dalam kemasan botol
pun tidak terguncang.
Sementara
itu, para pendamping teknik dan pemimpin rombongan serta pemandu, mendata
pemilik koper berdasarkan label yang diberikan oleh pihak travel. Setelah
pendataan selesai, mereka berunding mengatur strategi cara turun di Stasiun
Xuzhoudong. Beberapa opsi diusulkan, akhirnya dipilih opsi memindahkan posisi
duduk mendekati koper masing-masing. Satu per satu kami pindah sesuai arahan
pemandu. Suasana agak kacau karena pemindahan belum sesuai urutan letak koper,
tapi kami merasa agak tenang karena mendekati koper masing-masing. Selanjutnya kami
dibagi menjadi beberapa rombongan kecil, dipimpin oleh ketua rombongan. Namun tetap
saja ada rasa khawatir, apakah bisa, turun dari kereta dalam waktu dua menit
saja? Kekhawatiran ini terus menggelayuti pikiran kami sepanjang perjalanan. Termasuk
saya, padahal naik KKT di China kali ini merupakan pengalaman kedua. Pengalaman
pertama naik KKT saya rasakan ketika berkunjung ke Hainan, perjalanan dari Kota
Sanya menuju Kota Haikou.
Layanan kereta berkecepatan
tinggi di Tiongkok diperkenalkan pada tanggal 18 April 2007. Tiongkok
memiliki jaringan
KKT terpanjang di dunia dengan lebih dari
20,000 km (12,427 mi) rute layanan yang merupakan bagian dari
jaringan kereta eksklusif penumpang saja, lebih panjang daripada total panjang
gabungan jalur kereta cepat negara lainnya di seluruh dunia. Perluasan
jaringan kereta eksklusif penumpang dan jalur kecepatan tinggi lainnya sedang
berlangsung dan akan mencapai sebuah rencana 38,000 km (23,612 mi)
rute kereta eksklusif penumpang saja pada tahun 2025. Kereta berkecepatan
tinggi Tiongkok pada mulanya diimpor atau dibangun di bawah perjanjian transfer teknologi. Perjanjian dengan pembuat kereta api asing
termasuk Alstom, Siemens, Bombardier,
dan Kawasaki Heavy Industries. Insinyur Tiongkok kemudian merancang ulang komponen
kereta api internal dan membangun kereta asli. Sekarang, sebagian besar kereta rel berkecepatan tinggi
Tiongkok dibuat di Tiongkok oleh China Railway
Corporation (https:// id.wikipedia.org/wiki/kereta kecepatan tinggi
di Tiongkok).
Keberhasilan Cina membangun
kereta api cepatnya ini menjadi bukti penguasaannya yang baik dalam inovasi
teknologi angkutan massal berbasis rel yang tak kalah dari bangsa-bangsa maju
lain di dunia. Dipandang dari kualitas produk, kereta cepat buatan Cina ini tak
dapat dipandang sebelah mata karena terbukti aman dan nyaman serta telah pernah
ditawarkan kepada sedikitnya 20 negara, termasuk Amerika Serikat, Rusia dan
Brasil (Zhao Lei, 2015).
Model KKT dari Stasiun Beijingnan menuju Stasiun Xuzhoudong |
Tiga puluh menit menjelang stasiun
tujuan, kami sudah dalam posisi berdiri, sambil membawa koper masing-masing di
dekat pintu keluar yang sudah ditentukan. Begitu kereta sampai di Stasiun
Xuzhoudong kami pun keluar, dan ternyata waktu yang kami gunakan untuk keluar
dari kereta hanya satu menit lebih sedikit saja.
Suasana di dalam kereta menjelang turun di Stasiun Xuzhoudong |
Perasaan
lega menyelimuti hati kami masing-masing, Alhamdulillah, yeay……….ternyata kami
bisa. Apa yang kami khawatirkan tidak terjadi, kami semua bisa turun lebih
cepat dari waktu yang ditentukan. Ketepatan waktu kami ini bisa jadi berawal
dari rasa takut tertinggal di kereta. Tapi rasa khawatir diubah menjadi tantangan
untuk mencari strategi jitu. Menyiasati waktu dua menit untuk turun dari kereta
agar tidak terbawa ke stasiun berikutnya. Kalau sampai itu terjadi, wah….bisa
repot.
Disiplin waktu sangat bagus dampaknya bila diterapkan di dunia pendidikan. Banyak
pelajaran yang bisa didapat, seperti, belajar mengatur waktu dimulai dari diri
sendiri, malakukan perencanaan yang matang sebelum melaksanakan sesuatu,
mempersiapkan segala sesuatu sesuai dengan yang dibutuhkan, melatih kerja sama, mengatur strategi
pemecahan masalah, dan menggunakan waktu sesuai porsinya. Semoga kita bisa
membudayakan tepat waktu kapan saja, dan dimana saja.