Jumat, 29 Maret 2019

Cukup Dua Menit (Belajar ke Negeri China bagian 3)

Berusaha terus pejamkan mata, tapi suhu udara malam yang dingin membuat saya susah tidur. Mesin penghangat kamar sudah diatur pada suhu 280 C. Sepertinya badan ini belum bisa menyesuaikan suhu Kota Beijing di awal musim semi ini. Lamat-lamat suara morning call terdengar, waktu menunjukkan pukul 05.00, pertanda harus segera bergegas turun ke lobby hotel. Satu jam kemudian, saya turun menuju restoran hotel untuk sarapan, terlebih dahulu memasukkan koper ke bagasi bus. Setelah dipastikan semua koper masuk ke bagasi, pukul 07.30 bus meninggalkan hotel Holiday Inn menuju stasiun kereta Beijingnan. Dari stasiun ini kami akan menuju Kota Xuzhou Provinsi Jiangsu menggunakan moda kereta kecepatan tinggi (KKT).


Holiday Inn Beijing
Sebenarnya untuk menuju Xuzhou dari Indonesia, bisa dipilih pesawat yang mendarat di Nanjing yang jaraknya lebih dekat dengan kota tujuan. Tapi penerbangan ini pesawatnya harus transit dulu di Kuala Lumpur sehingga waktu tempuhnya menjadi lebih lama. Keuntungan lain mendarat di Beijing adalah bisa mengunjungi situs sejarah Lapangan Tiaanmen, Forbidden City dan tembok besar sebelum menuju Xuzhou.
Stasiun Kereta Beijingnan sangat besar, memiliki fasilitas-fasilitas yang memanjakan calon penumpang, antara lain, menyediakan air minum panas, ruang laktasi, toko-toko penjual makanan dan ruang tunggu yang cukup luas dengan pintu check in yang banyak, serasa di bandara. Tapi karena jumlah calon penumpang sangat banyak, stasiun ini masih saja terasa sempit. Semua petunjuk ditulis dengan huruf China, untuk memahaminya, saya menggunakan aplikasi terjemahan. Sambil menunggu jadwal kereta, saya memperhatikan para calon penumpang yang begitu tertib untuk check in dan mengantre memasuki gate yang tertera pada tiket.

Pukul 10.10 kami diminta berbaris di depan gate 10.B. sesuai kelompok masing-masing. Setiap kelompok beranggotakan 5 orang. Sambil berbaris, kami mendengarkan arahan dari pemandu wisata. Arahan yang disampaikan yaitu penegasan bahwa kereta akan menaikkan dan menurunkan penumpang hanya dalam waktu dua menit saja. Pengarahan ini berulang-ulang disampaikan, karena rombongan kami sebanyak 63 orang dengan masing-masing membawa koper besar. Beruntung di stasiun ini kami dibantu oleh porter, jasa mereka sangat membantu meringankan beban kami. Tiba saatnya untuk check in, kami perlihatkan tiket beserta paspor kepada petugas untuk diperiksa. Pemandu mengarahkan kami ke peron dimana gerbong 13 akan berhenti.


Para porter menata dan mengangkut koper ke dalam kereta di Stasiun Beijingnan

Beberapa menit kemudian kereta tiba, para porter dengan cekatan menempatkan koper-koper kami di tempat bagasi dan kabin yang terletak di atas tempat duduk gerbong 13. Sayangnya, ketika diamati, penempatan koper tidak sesuai dengan posisi tempat duduk sang pemilik. Hal ini cukup membuat kami khawatir, bagaimana cara mengambil koper ketika turun dari kereta, sedangkan kereta berhenti hanya dua menit saja.


Begitu masuk ke dalam kereta, kami berusaha untuk mencari koper masing-masing. Kejadian ini membuat gerbong cukup heboh, karena setiap orang bergerak. Sampai beberapa menit perjalanan, kami masih hilir mudik. Pak Ferry selaku ketua rombongan menyarankan agar kami duduk di tempat masing-masing sambil menunggu arahan berikutnya. Kami pun duduk sesuai dengan nomor kursi yang tertera pada tiket dan menikmati perjalanan. Saya memperhatikan gerbong, bersih dan nyaman. Tersedia fasilitas televisi, air conditioner penghangat, dan air panas beserta gelas kertasnya. Petugas restorasi hilir mudik menjajakan makanan dan minuman. Petugas kebersihan lewat setiap selang waktu tertentu. Kecepatan kereta mencapai 320 km/jam, tanpa suara, tanpa getaran, air dalam kemasan botol pun tidak terguncang.
Sementara itu, para pendamping teknik dan pemimpin rombongan serta pemandu, mendata pemilik koper berdasarkan label yang diberikan oleh pihak travel. Setelah pendataan selesai, mereka berunding mengatur strategi cara turun di Stasiun Xuzhoudong. Beberapa opsi diusulkan, akhirnya dipilih opsi memindahkan posisi duduk mendekati koper masing-masing. Satu per satu kami pindah sesuai arahan pemandu. Suasana agak kacau karena pemindahan belum sesuai urutan letak koper, tapi kami merasa agak tenang karena mendekati koper masing-masing. Selanjutnya kami dibagi menjadi beberapa rombongan kecil, dipimpin oleh ketua rombongan. Namun tetap saja ada rasa khawatir, apakah bisa, turun dari kereta dalam waktu dua menit saja? Kekhawatiran ini terus menggelayuti pikiran kami sepanjang perjalanan. Termasuk saya, padahal naik KKT di China kali ini merupakan pengalaman kedua. Pengalaman pertama naik KKT saya rasakan ketika berkunjung ke Hainan, perjalanan dari Kota Sanya menuju Kota Haikou.

Layanan kereta berkecepatan tinggi di Tiongkok diperkenalkan pada tanggal 18 April 2007. Tiongkok memiliki jaringan KKT terpanjang di dunia dengan lebih dari 20,000 km (12,427 mi) rute layanan yang merupakan bagian dari jaringan kereta eksklusif penumpang saja, lebih panjang daripada total panjang gabungan jalur kereta cepat negara lainnya di seluruh dunia. Perluasan jaringan kereta eksklusif penumpang dan jalur kecepatan tinggi lainnya sedang berlangsung dan akan mencapai sebuah rencana 38,000 km (23,612 mi) rute kereta eksklusif penumpang saja pada tahun 2025. Kereta berkecepatan tinggi Tiongkok pada mulanya diimpor atau dibangun di bawah perjanjian transfer teknologi. Perjanjian dengan pembuat kereta api asing termasuk AlstomSiemensBombardier, dan Kawasaki Heavy Industries. Insinyur Tiongkok kemudian merancang ulang komponen kereta api internal dan membangun kereta asli. Sekarang, sebagian besar kereta rel berkecepatan tinggi Tiongkok dibuat di Tiongkok oleh China Railway Corporation (https:// id.wikipedia.org/wiki/kereta kecepatan tinggi di Tiongkok).

Keberhasilan Cina membangun kereta api cepatnya ini menjadi bukti penguasaannya yang baik dalam inovasi teknologi angkutan massal berbasis rel yang tak kalah dari bangsa-bangsa maju lain di dunia. Dipandang dari kualitas produk, kereta cepat buatan Cina ini tak dapat dipandang sebelah mata karena terbukti aman dan nyaman serta telah pernah ditawarkan kepada sedikitnya 20 negara, termasuk Amerika Serikat, Rusia dan Brasil (Zhao Lei, 2015).

Model KKT dari Stasiun Beijingnan menuju Stasiun Xuzhoudong
Tiga puluh menit menjelang stasiun tujuan, kami sudah dalam posisi berdiri, sambil membawa koper masing-masing di dekat pintu keluar yang sudah ditentukan. Begitu kereta sampai di Stasiun Xuzhoudong kami pun keluar, dan ternyata waktu yang kami gunakan untuk keluar dari kereta hanya satu menit lebih sedikit saja.
Suasana di dalam kereta menjelang turun di Stasiun Xuzhoudong
Perasaan lega menyelimuti hati kami masing-masing, Alhamdulillah, yeay……….ternyata kami bisa. Apa yang kami khawatirkan tidak terjadi, kami semua bisa turun lebih cepat dari waktu yang ditentukan. Ketepatan waktu kami ini bisa jadi berawal dari rasa takut tertinggal di kereta. Tapi rasa khawatir diubah menjadi tantangan untuk mencari strategi jitu. Menyiasati waktu dua menit untuk turun dari kereta agar tidak terbawa ke stasiun berikutnya. Kalau sampai itu terjadi, wah….bisa repot.

Disiplin waktu sangat bagus dampaknya bila diterapkan di dunia pendidikan. Banyak pelajaran yang bisa didapat, seperti, belajar mengatur waktu dimulai dari diri sendiri, malakukan perencanaan yang matang sebelum melaksanakan sesuatu, mempersiapkan segala sesuatu sesuai dengan yang dibutuhkan,  melatih kerja sama, mengatur strategi pemecahan masalah, dan menggunakan waktu sesuai porsinya. Semoga kita bisa membudayakan tepat waktu kapan saja, dan dimana saja. 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

BPJS Untuk Meningkatkan Kompetensi Guru Menyusun RPP Berdiferensiasi

Oleh: Wati Rosanah, M. Pd.  Pengawas SMP Kabupaten Indramayu  Email: watirosanah44@dinas.belajar.id  BAB I PENDAHULUAN A.     Latar Bela...