Pagi di musim semi yang cerah, menumbuhkan semangat
tinggi. Pagi ini saya begitu bersemangat untuk mengikuti perkuliahan. Kegiatan dilaksanakan
masih di Liya building. Jika kemarin
saya menyusuri jalan setapak yang membelah taman, kali ini saya menyusuri jalan
kampus, cukup lebar, sunyi, dan bersih. Jalan ini hanya ramai ketika para
mahasiswa menuju kelas masing-masing atau kembali ke asrama setelah kuliah
usai. Pepohonan berjajar rapih, batangnya dililit semacam karpet berwarna
hijau. Daunnya rimbun, kontras sekali dengan pemandangan pepohonan di taman
yang meranggas. Merupakan kebiasaan saya untuk tidak melewati jalan yang sama,
di suatu tempat yang baru. Hal ini saya maksudkan agar lebih mengenal lingkungan.
![]() |
Jalan kampus yang rindang dan bersih |
Saya tiba di kelas lebih awal dibanding yang lain. Baru
beberapa orang saja yang hadir, tapi yang menarik adalah para asisten dosen
telah hadir di ruangan untuk mempersiapkan media pembelajaran. Tak lama kemudian, sekitar 10 menit sebelum
perkuliahan dimulai, seorang pria dengan senyum manis memasuki kelas, sambil menganggukkan
kepala. saya hanya menduga kalau beliau adalah pemateri hari ini, sebab para
asisten dosen dalam ruangan tampak mengangguk hormat kepada beliau.
Tepat pukul 09.00, perkuliahan dimulai. Moderator sekaligus
penerjemah memperkenalkan pria dengan senyum manis tadi sebagai Prof.
Wei Benya. Beliau merupakan dosen terbaik dari
Jiangsu Normal University. Memang tak salah rasanya jika beliau adalah seorang profesor terbaik di bidang pendidikan. Penampilannya
menarik, senyum yang manis, dan raut muka cerdas, meskipun usianya tak muda
lagi. Bukan hanya saya yang merasa nyaman belajar dengan beliau, ternyata seisi
kelas berpendapat sama.
![]() |
Prof. Wei Benya sedang menyampaikan materi didampingi
penerjemah
|
Topik yang disampaikan pagi ini adalah Core Literacy Oriented Curriculum Reform.
Gaya beliau dalam menyampaikan materi sangat
menarik, dengan bibir yang selalu tersenyum, komunikatif dan menghargai
pendapat peserta.
Beliau menceritakan bahwa China pernah mengalami masa dimana kepercayaan
terhadap sekolah menengah mengalami kemunduran. Hal ini dikarenakan
pengelolaan sekolah tidak memuaskan peserta didik, orang tua, dan masyarakat serta pemerintah. Ditandai dengan permasalahan
rendahnya serapan lulusan SMA/SMK di Perguruan Tinggi. Untuk mengatasi masalah tersebut, pemerintah China
melakukan suatu kebijakan baru. Terobosan yang dilakukan adalah dengan mereformasi sistem penerimaan peserta didik, seperti pemetaan kemampuan dan minat belajar
siswa. Permasalahan
itu coba diatasi dengan cara;
1) membuat sistem pemeringkatan peserta didik, pendidik, dan tenaga kependidikan. Peserta didik yang berkemampuan akademik bagus, dikelompokkan di kelas sain, sedangkan yang kurang mampu secara akademik, akan dikelompokkan di kelas seni.
2) pembelajaran ala militer selama 15 hari pada
awal masuk sekolah.
3) penambahan jam belajar, peserta didik berada
di sekolah sampai malam hari,diselingi dengan beberapa jam untuk beristirahat.
4) memperbanyak jumlah, dan jenis tes yang diberikan kepada
peserta didik, dan meningkatkan pendampingan kepada guru. Pendampingan dilakukan
pada saat guru
menyiapkan pembelajaran, rancangan pembelajaran mencakup tujuan pembelajaran,
penugasan/tasking individual dan group, interaksi pembelajaran dan penilaian
hasil pembelajaran.
5) Mereformasi kurikulum sekolah oleh Kepala
Sekolah seperti, peningkatan kapasitas guru secara berkelanjutan, baik terhadap guru senior maupun guru yunior. Pengembangan kurikulum oleh sekolah dan selalu diperbaharui setiap tahun. Dilaksanakan secara ketat, dan komprehensif
untuk mengakomodasi kualitas mutu sesuai dengan minat belajar peserta didik. Prinsip pembelajaran adalah teori dan praktek, dengan menghadirkan dunia nyata dari topik
pembelajaran yang diambil oleh peserta didik.
Dalam
waktu dua tahun, jumlah peserta didik yang diterima di perguruan tinggi meningkat. Namun, cara yang ditempuh di atas, membuat guru
dan peserta didik sama-sama merasa jenuh. Kejenuhan itu
disampaikan para guru saat bertemu dengan Prof. Wei Benya. Setelah berdiskusi dengan para guru, beliau melakukan penelitian. Berdasarkan keluhan para guru, Prof.
Wei Benya melakukan penelitian dengan memilih 2 kelas sebagai
kelas dengan perlakuan, dan kelas lainnya sebagai pembanding.
Perlakuan di kelas A
pembelajaran menggunakan metode ceramah, seperti yang selama ini dilakukan. Pembelajaran di kelas B dilakukan dengan menggunakan
metode diskusi. Hasil akhir penelitian menunjukkan,
kelas B, hasil belajarnya lebih unggul, dan peserta didik lebih aktif. Hasil tersebut disosialisasikan kepada para guru,
namun tanggapannya kurang antusias. Hal ini disebabkan karena para guru tidak
tahu bagaimana cara mempersiapkan pembelajaran dengan metode diskusi dan
belajar kelompok, juga ada keengganan dari para guru untuk mengubah gaya
mengajarnya. Prof. Wei Benya terus memperkenalkan metode pembelajaran tersebut,
sampai akhirnya mendapatkan tanggapan yang positif.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut,
dilakukanlah
reformasi kurikulum. Kurikulum dikembangkan sesuai dengan minat dan bakat peserta didik. Guru harus mampu mengembangkan kurikulum
sejumlah minat dan bakat peserta didik.
Kurikulum tersebut harus memfasilitasi peserta didik mengembangkan kesukaan dan
potensi yang dimilikinya. Peserta didik dimotivasi dengan
pemberian beasiswa, sedangkan
gurunya dimotivasi dengan peningkatan pendapatan dan promosi jabatan lain yang
lebih tinggi. Guru yang tidak kompeten dalam
mengajar, akan dipindah tugaskan ditempat lain seperti, menjadi petugas perpustakaan, sambil terus
dilakukan pemantauan. Guru yang sudah dipindahtugaskan tidak bisa kembali
menjadi guru.
Empat (4) hal yang harus dikuasai oleh
guru, yaitu:
1. Bagaimana menyusun dan mencapai tujuan pembelajaran. Guru dan peserta didik harus tahu tujuan pembelajaran yang akan dicapai;
2. Tugas pembelajaran yang diberikan, harus merangsang peserta didik menemukan solusi sendiri. Jumlah tugas belajar yang diberikan antara 1
– 3 tugas saja.
3. Kegiatan pembelajaran, harus ada
interaksi antar peserta didik, atau antar guru
dengan peserta didik. Kegiatan pembelajaran sebaiknya mengacu pada piramida pembelajaran.
4. Assessment, dilakukan sesuai dengan apa yang sudah dipelajari oleh peserta didik.
Seperti di Indonesia, pendidikan di China dimulai dari pendidikan
dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi dengan sistem pendidikan wajib belajar untuk 9 tahun. Mulai tahun 2020
akan diberlakukan sistem wajib belajar untuk 15 tahun.
Penyampaian materi oleh Prof. Wei Benya
selesai. Saatnya tanya jawab. Pertanyaan pertama dari salah seorang peserta
yang berprofesi sebagai kepala sekolah yang menanyakan tentang syarat seorang
guru menjadi kepala sekolah di China. Dengan senyumnya yang khas, Prof. Wei
Benya menjelaskan, syarat seorang guru untuk menjadi kepala sekolah adalah guru
harus disukai oleh teman-teman seprofesinya. Selain itu, harus memiliki
kompetensi profesional dan akademik yang bagus. Sebelum menjadi kepala sekolah,
guru tersebut juga harus melewati berbagai tes yang dilaksanakan oleh
pemerintah. Jika lolos, terlebih dahulu menjadi asisten kepala sekolah. Tidak ada batasan waktu kepemimpinan kepala sekolah di China, namun usia terendah
untuk menjadi kepala sekolah adalah 40 tahun.
Pertanyaan kedua, masih dari kepala sekolah
dari Palembang yang menanyakan tentang tindakan terhadap guru yang berkinerja
rendah. Beliau menjelaskan,
tindakan yang dilakukan terhadap guru yang berkinerja rendah adalah berupa sanksi dengan tahapan sebagai berikut; 1) dikembalikan ke pemerintah, 2) belajar lagi selama 6 bulan di perguruan tinggi dan setelah itu kembali mengajar, atau 3) dirumahkan sesuai dengan pencapaian kinerja
dari guru yang bersangkutan.
Kesimpulan yang bisa
diambil dari pemaparan materi hari ini adalah proses pembelajaran menjadi muara utama
reformasi kurikulum di sekolah. Pembelajaran yang menyenangkan dirancang dengan
sangat tepat guna dengan skema; 1) penetapan tujuan pembelajaran, 2) penugasan/tasking individual dan group, 3) interaksi pembelajaran dan 4) penilaian hasil pembelajaran. Proses
pembelajaran dilaksanakan secara bermakna dengan melibatkan interaksi setara
peserta didik secara keseluruhan baik perorangan maupun berkelompok. Proses
penilaian hasil belajar peserta didik dirancang mewakili kemampuan pengetahuan
dan keterampilan serta sikap yang ditunjukkan sejalan dengan kurikulum yang diterapkan.
Terinspirasi dari gaya
mengajar Prof. Wei Benya, dan materi
yang disampaikannya, saya sebagai pengawas sekolah akan melaksanakan tugas kepengawasan berupa pembimbingan dan
pelatihan kepada guru melalui kegiatan workshop tentang penyusunan rencana
pelaksanaan pembelajaran yang dapat memfasilitasi kegiatan belajar aktif dan
menyenangkan, serta meningkatkan hasil belajar peserta didik pada aspek sikap,
pengetahuan, dan keterampilan. Kegiatan dilaksanakan pada awal semester. Tugas lainnya
yaitu melaksanakan tugas kepengawasan berupa pembinaan melalui supervisi kelas
untuk mengetahui aktivitas pembelajaran. Kegiatan akan dilaksanakan sesuai
jadwal pelajaran.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar