Minggu, 07 April 2019

Senyum sang Profesor (Belajar ke Negeri China Bagian 6)


Pagi di musim semi yang cerah, menumbuhkan semangat tinggi. Pagi ini saya begitu bersemangat untuk mengikuti perkuliahan. Kegiatan dilaksanakan masih di Liya building. Jika kemarin saya menyusuri jalan setapak yang membelah taman, kali ini saya menyusuri jalan kampus, cukup lebar, sunyi, dan bersih. Jalan ini hanya ramai ketika para mahasiswa menuju kelas masing-masing atau kembali ke asrama setelah kuliah usai. Pepohonan berjajar rapih, batangnya dililit semacam karpet berwarna hijau. Daunnya rimbun, kontras sekali dengan pemandangan pepohonan di taman yang meranggas. Merupakan kebiasaan saya untuk tidak melewati jalan yang sama, di suatu tempat yang baru. Hal ini saya maksudkan agar lebih mengenal lingkungan.


Jalan kampus yang rindang dan bersih
Saya tiba di kelas lebih awal dibanding yang lain. Baru beberapa orang saja yang hadir, tapi yang menarik adalah para asisten dosen telah hadir di ruangan untuk mempersiapkan media pembelajaran. Tak lama kemudian, sekitar 10 menit sebelum perkuliahan dimulai, seorang pria dengan senyum manis memasuki kelas, sambil menganggukkan kepala. saya hanya menduga kalau beliau adalah pemateri hari ini, sebab para asisten dosen dalam ruangan tampak mengangguk hormat kepada beliau.


Tepat pukul 09.00, perkuliahan dimulai. Moderator sekaligus penerjemah memperkenalkan pria dengan senyum manis tadi sebagai Prof. Wei Benya. Beliau merupakan dosen terbaik dari Jiangsu Normal University. Memang tak salah rasanya jika beliau adalah seorang profesor terbaik di bidang pendidikan. Penampilannya menarik, senyum yang manis, dan raut muka cerdas, meskipun usianya tak muda lagi. Bukan hanya saya yang merasa nyaman belajar dengan beliau, ternyata seisi kelas berpendapat sama.

Prof. Wei Benya sedang menyampaikan materi didampingi penerjemah
Topik yang disampaikan pagi ini adalah Core Literacy Oriented Curriculum Reform. Gaya beliau dalam menyampaikan materi sangat menarik, dengan bibir yang selalu tersenyum, komunikatif dan menghargai pendapat peserta.
Beliau menceritakan bahwa China pernah mengalami masa dimana kepercayaan terhadap sekolah menengah mengalami kemunduran. Hal ini dikarenakan pengelolaan sekolah tidak memuaskan peserta didik, orang tua, dan masyarakat serta pemerintah. Ditandai dengan permasalahan rendahnya serapan lulusan SMA/SMK di Perguruan Tinggi. Untuk mengatasi masalah tersebut, pemerintah China melakukan suatu kebijakan baru. Terobosan yang dilakukan adalah dengan mereformasi sistem penerimaan peserta didik, seperti pemetaan kemampuan dan minat belajar siswa. Permasalahan itu coba diatasi dengan cara;
1) membuat sistem pemeringkatan peserta didik, pendidik, dan tenaga kependidikan. Peserta didik yang berkemampuan akademik bagus, dikelompokkan di kelas sain, sedangkan yang kurang mampu secara akademik, akan dikelompokkan  di kelas seni.
2)      pembelajaran ala militer selama 15 hari pada awal masuk sekolah.
3)  penambahan jam belajar, peserta didik berada di sekolah sampai malam hari,diselingi dengan beberapa jam untuk beristirahat.
4)     memperbanyak jumlah, dan  jenis tes yang diberikan kepada peserta didik, dan meningkatkan pendampingan kepada guru. Pendampingan dilakukan pada saat guru menyiapkan pembelajaran, rancangan pembelajaran mencakup tujuan pembelajaran, penugasan/tasking individual dan group, interaksi pembelajaran dan penilaian hasil pembelajaran. 

5)  Mereformasi kurikulum sekolah oleh Kepala Sekolah seperti, peningkatan kapasitas guru secara berkelanjutan, baik terhadap guru senior maupun guru yunior. Pengembangan kurikulum oleh sekolah dan selalu diperbaharui setiap tahun. Dilaksanakan secara ketat, dan komprehensif untuk mengakomodasi kualitas mutu sesuai dengan minat belajar peserta didik. Prinsip pembelajaran adalah teori dan praktek, dengan menghadirkan dunia nyata dari topik pembelajaran yang diambil oleh peserta didik.

Dalam waktu dua tahun, jumlah peserta didik yang diterima di perguruan tinggi meningkat. Namun, cara yang ditempuh di atas, membuat  guru dan peserta didik sama-sama merasa jenuh. Kejenuhan itu disampaikan para guru saat bertemu dengan Prof. Wei Benya. Setelah berdiskusi dengan para guru, beliau  melakukan penelitian. Berdasarkan keluhan para guru, Prof. Wei Benya melakukan penelitian dengan memilih 2 kelas sebagai kelas dengan perlakuan, dan kelas lainnya sebagai pembanding.  

Perlakuan di kelas A pembelajaran menggunakan metode ceramah, seperti yang selama ini dilakukan. Pembelajaran di kelas B dilakukan dengan menggunakan metode diskusi. Hasil akhir penelitian menunjukkan, kelas B, hasil belajarnya lebih unggul, dan peserta didik lebih aktif. Hasil tersebut disosialisasikan kepada para guru, namun tanggapannya kurang antusias. Hal ini disebabkan karena para guru tidak tahu bagaimana cara mempersiapkan pembelajaran dengan metode diskusi dan belajar kelompok, juga ada keengganan dari para guru untuk mengubah gaya mengajarnya. Prof. Wei Benya terus memperkenalkan metode pembelajaran tersebut, sampai akhirnya mendapatkan tanggapan yang positif.

Berdasarkan hasil penelitian tersebut, dilakukanlah reformasi kurikulum. Kurikulum dikembangkan sesuai dengan minat dan bakat peserta didik. Guru harus mampu mengembangkan kurikulum sejumlah minat dan bakat peserta didik. Kurikulum tersebut harus memfasilitasi peserta didik mengembangkan kesukaan dan potensi yang dimilikinya.  Peserta didik dimotivasi dengan pemberian beasiswa, sedangkan gurunya dimotivasi dengan peningkatan pendapatan dan promosi jabatan lain yang lebih tinggi. Guru yang tidak kompeten dalam mengajar, akan dipindah tugaskan ditempat lain seperti, menjadi petugas perpustakaan, sambil terus dilakukan pemantauan. Guru yang sudah dipindahtugaskan tidak bisa kembali menjadi guru.
Empat (4) hal yang harus dikuasai oleh guru, yaitu:
1.   Bagaimana menyusun dan mencapai tujuan pembelajaran. Guru dan peserta didik harus tahu tujuan pembelajaran yang akan dicapai;
2.   Tugas pembelajaran yang diberikan, harus merangsang peserta didik menemukan solusi sendiri. Jumlah tugas belajar yang diberikan antara 1 – 3 tugas saja.
3.   Kegiatan pembelajaran, harus ada  interaksi antar peserta didik, atau antar guru dengan peserta didik. Kegiatan pembelajaran sebaiknya mengacu pada piramida pembelajaran.

4.   Assessment, dilakukan sesuai dengan apa yang sudah dipelajari oleh peserta didik.

Seperti di Indonesia, pendidikan di China dimulai dari pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi dengan sistem pendidikan wajib belajar untuk 9 tahun. Mulai tahun 2020 akan diberlakukan  sistem wajib belajar untuk 15 tahun.

Penyampaian materi oleh Prof. Wei Benya selesai. Saatnya tanya jawab. Pertanyaan pertama dari salah seorang peserta yang berprofesi sebagai kepala sekolah yang menanyakan tentang syarat seorang guru menjadi kepala sekolah di China. Dengan senyumnya yang khas, Prof. Wei Benya menjelaskan, syarat seorang guru untuk menjadi kepala sekolah adalah guru harus disukai oleh teman-teman seprofesinya. Selain itu, harus memiliki kompetensi profesional dan akademik yang bagus. Sebelum menjadi kepala sekolah, guru tersebut juga harus melewati berbagai tes yang dilaksanakan oleh pemerintah. Jika lolos, terlebih dahulu menjadi asisten kepala sekolah. Tidak ada batasan waktu kepemimpinan kepala sekolah di China, namun usia terendah untuk menjadi kepala sekolah adalah 40 tahun.

Pertanyaan kedua, masih dari kepala sekolah dari Palembang yang menanyakan tentang tindakan terhadap guru yang berkinerja rendah. Beliau menjelaskan, tindakan yang dilakukan terhadap guru yang berkinerja rendah adalah berupa sanksi dengan tahapan sebagai berikut; 1) dikembalikan ke pemerintah, 2) belajar lagi selama 6 bulan di perguruan tinggi dan setelah itu kembali mengajar, atau 3) dirumahkan sesuai dengan pencapaian kinerja dari guru yang bersangkutan. 

Kesimpulan yang bisa diambil dari pemaparan materi hari ini adalah proses pembelajaran menjadi muara utama reformasi kurikulum di sekolah. Pembelajaran yang menyenangkan dirancang dengan sangat tepat guna dengan skema; 1) penetapan tujuan pembelajaran, 2) penugasan/tasking individual dan group, 3) interaksi pembelajaran dan 4) penilaian hasil pembelajaran. Proses pembelajaran dilaksanakan secara bermakna dengan melibatkan interaksi setara peserta didik secara keseluruhan baik perorangan maupun berkelompok. Proses penilaian hasil belajar peserta didik dirancang mewakili kemampuan pengetahuan dan keterampilan serta sikap yang ditunjukkan sejalan dengan kurikulum yang diterapkan.

Terinspirasi dari gaya mengajar Prof. Wei Benya, dan  materi yang disampaikannya, saya sebagai pengawas sekolah akan melaksanakan tugas kepengawasan berupa pembimbingan dan pelatihan kepada guru melalui kegiatan workshop tentang penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran yang dapat memfasilitasi kegiatan belajar aktif dan menyenangkan, serta meningkatkan hasil belajar peserta didik pada aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Kegiatan dilaksanakan pada awal semester. Tugas lainnya yaitu melaksanakan tugas kepengawasan berupa pembinaan melalui supervisi kelas untuk mengetahui aktivitas pembelajaran. Kegiatan akan dilaksanakan sesuai jadwal pelajaran. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

BPJS Untuk Meningkatkan Kompetensi Guru Menyusun RPP Berdiferensiasi

Oleh: Wati Rosanah, M. Pd.  Pengawas SMP Kabupaten Indramayu  Email: watirosanah44@dinas.belajar.id  BAB I PENDAHULUAN A.     Latar Bela...