Kamis, 11 April 2019

Harmonisasi demi kesuksesan (Belajar ke Negeri China bagian 7)


Di belakang asrama nomor 15 dengan asrama nomor 7, ada taman yang cukup menarik. Letaknya diantara dua asrama, banyak dari kami yang tidak mengetahuinya. Di taman tersebut ada beberapa simbol, tapi saya tidak mengerti maknanya. Meskipun suhu udara cukup dingin, sekitar 30 C, sesi foto sayang untuk dilewatkan. Selesai berfoto, saya menuju ke perpustakaan, karena kegiatan pembelajaran hari ini diadakan di auditorium perpustakaan yang berlangsung dua sesi.


Taman belakang asrama


Materi pada sesi 1 disampaikan oleh Prof. Li Zhenlu, seorang dosen terbaik dari Xuzhou Polythecnic Institute of Agriculture (Institut Pertanian Suzhou). Topik materinya adalah Exploration and Practice of Professional Cluster Construction. Beliau berbicara tentang manajemen kepemimpinan di kampusnya. Pihak manajemen institut, menata kampus dengan sistem cluster. Penataan cluster berdasarkan jurusan. Dalam satu cluster terdapat kelas, laboratorium sebagai tempat penelitian, perpustakaan, dan kantor. Setiap cluster harus melakukan penelitian dan menghasilkan produk sebagai hasil penelitian. Produk tersebut harus bisa dipasarkan  setelah disertifikasi oleh lembaga yang berwenang. Untuk dapat menghasilkan produk yang dibutuhkan masyarakat, pihak institut bekerjasama dengan para petani melalui sistem win-win solution dan penataan manajemen. Strategi win-win solution dimaksudkan untuk mengatasi masalah yang dihadapi oleh pihak institut dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan pertanian dan meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap lulusan sekolah pertanian.  Melalui kerja sama ini, pihak institut bisa terus mengembangkan kurikulum sesuai kebutuhan, sedangkan petani dapat menghasilkan produk unggul hasil penelitian para dosen dan mahasiswa.

Kegiatan perkuliahan di auditorium perpustakaan
Ilmu yang diajarkan di kampus sering kali tidak mampu mengejar perubahan kebutuhan masyarakat dan industri. Untuk mengatasinya, pihak institut  berusaha meningkatkan kompetensi dosen, melakukan reformasi kurikulum, dan meningkatkan sarana prasarana. Untuk peningkatan kopetensi dosen, dilakukan pelatihan keterampilan mengajar dan evaluasi secara periodik terhadap kinerjanya. Selain itu, penilaian terhadap dosen juga didapat dari penilaian mahasiswa, masyarakat,  dan produk yang dihasilkan dari jurusan yang diampu. Sistem ini dimaksudkan untuk meningkatkan managemen dalam rangka memperbaiki mekanisme tata kelola. Berkat upaya tersebut, institut pertanian Suxhou telah banyak menerima penghargaan skala nasional dan internasional. Penghargaan-penghargaan tersebut berasal dari prestasi dosen dan mahasiswa. Pukul 11.45, materi sesi satu berakhir, saatnya istirahat dan makan siang.

Pukul 14.00, materi sesi dua dimulai, masih di tempat yang sama. Materi disampaikan oleh Prof. Dai Yong dari Wuxi College of Vocational Technology dengan topik On The Construction of Speciality for Higher Vocational College. Materi yang disampaikan oleh beliau tidak berbeda jauh dengan materi yang disampaikan pada sesi satu. Sebelum adanya penataan manajemen, perkembangan pendidikan tinggi kejuruan di China pada umumnya belum berkorelasi dengan dunia industri, ekonomi, dan belum berkontribusi terhadap GNP negara. Keterampilan lulusan pendidikan tinggi kejuruan belum sesuai dengan kebutuhan dunia usaha dan dunia industri.  Untuk mengatasi hal tersebut, pendidikan tinggi kejuruan mulai bekerja sama dengan perusahan/industri. Kerja sama itu dimaksudkan untuk mendapatkan keuntungan bersama. Pihak pendidikan kejuruan mendapatkan informasi bidang-bidang keahlian apa saja yang dibutuhkan oleh pihak industri, dan segera dilakukan reformasi kurikulum. Pihak perusahaan bisa mendapatkan tenaga kerja yang siap pakai.

Prof. Dai Yong sedang menyampaikan materi
Untuk mengatasi kendala ilmu yang diajarkan di kampus kalah cepat dengan kebutuhan industri, pihak institut kejuruan melakukan beberapa langkah yaitu;
1)   dosen-dosen kejuruan selain bertugas mengajar, mereka juga harus melakukan banyak penelitian, dan bekerja pada industri yang sesuai dengan mata pelajaran yang diampu;
2)   melakukan reformasi kurikulum agar selalu update dengan kebutuhan tenaga kerja. Mata kuliah selalu diperbaharui mengikuti perkembangan industri;
3)   rekrutmen dosen dari tenaga berpengalaman dari pekerja industri yang telah memiliki sertifikat kelayakan mengajar, atau dosen-dosen yang telah berpengalaman mengajar minimal 3 tahun.
Upaya-upaya tersebut ternyata masih belum mampu mengejar kebutuhan industri yang berkembang begitu cepat. Untuk itu pemerintah China membuat program  1 + X. Angka 1 adalah ijasah yang diberikan oleh institut kejuruan, huruf X adalah sertifikat yang diberikan oleh industri atau lembaga yang berwenang mengeluarkan sertifikat kelayakan kerja. Jadi, lulusan pendidikan kejuruan selain mendapatkan ijazah, juga mendapat sertifikat kelayakan kerja. Selain program di atas, pihak institut mengeluarkan tiga macam sertifikat untuk lulusannya, yaitu sertifikat G untuk sertifikat yang dikeluarkan oleh pemerintah, J untuk sertifikat kompetensi, dan Q untuk sertifikat kompetensi dari luar negeri. Dalam dunia kerja, para pekerja industri di China menerapkan budaya kerja 7S yaitu Seiri (kerja tuntas), Seiton (kerja untuk memperbaiki), Seiso (kerja membersih), Seikeetsu (kerja bersih), Shitsuke (literasi), Safety (keamanan), saving (keselamatan).

Apa yang dilakukan oleh manajemen institut pertanian Suzhou dan Wuxi College of Vocational Technology, bisa diadaptasi dan diterapkan di sekolah. Untuk meningkatkan standar kompetensi lulusan, sekolah harus terus mengembangkan kurikulum, meningkatkan kompetensi guru, dan bekerjasama dengan masyarakat. Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan evaluasi diri sekolah melalui kegiatan Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI). Program-program yang dilaksanakan sekolah adalah untuk meningkatkan Standar Nasional Pendidikan (SNP) yang masih rendah, dan mempertahankan atau meningkatkan SNP yang sudah baik. Peningkatan Kompetensi guru harus dimulai dari penyusunan perencanaan pembelajaran, bagaimana meningkatkan keterampilan pedagogis dalam kegiatan proses pembelajaran , melaksanakan penilaian sesuai tujuan pembelajaran, dan melakukan penilaian serta menindaklanjutinya. Kerjasama dengan masyarakat dimaksudkan untuk menggali peran serta masyarakat untuk peningkatan mutu pendidikan
Foto bersama para pimpinan kampus
Selesai kegiatan pembelajaran, saya menuju pasar malam dekat kampus. Dinamakan pasar malam karena pada malam hari ada banyak pedagang kaki lima di sekitar emperan toko. Letaknya cukup jauh dari kampus. Untuk sampai kesana berjalan kaki lebih kurang 2 km, diantar oleh Izul, salah seorang mahasiswa Indonesia asal Palembang yang sedang berkuliah di Jiangsu Normal University.

Pasar malam

Jenis barang dagangannya sama persis dengan pasar di Indonesia, tapi harganya lebih murah di China. Apa yang ada di pasar malam, ada juga di pasar-pasar di Negara kita. Kreativitas dan kerja keras bangsa China memang luar biasa. Hasilnya produk-produk buatan China menguasai hampir seluruh pasar di seluruh dunia. Semoga di masa yang akan datang, Indonesia makin banyak memproduksi barang-barang dagangan sendiri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

BPJS Untuk Meningkatkan Kompetensi Guru Menyusun RPP Berdiferensiasi

Oleh: Wati Rosanah, M. Pd.  Pengawas SMP Kabupaten Indramayu  Email: watirosanah44@dinas.belajar.id  BAB I PENDAHULUAN A.     Latar Bela...