Hari ini, selasa 5 Maret 2019, merupakan kegiatan
pembelajaran pertama kami. Saya sangat bersemangat untuk mengikuti kegiatan. Menurut
jadwal pada handbook, ada dua
kegiatan pembelajaran di hari ini. Sesi pertama, materi akan disampaikan oleh
Prof. Shen Shide, dengan topik Thinking and Practice of Leadership
Construction. Sesi kedua, materi akan disampaikan oleh Prof. Duan Zuozhang,
dengan topik School Culture Leadership. Kegiatan pembelajaran dilaksanakan di Liya building. Gedung tempat kegiatan
diberi nama sesuai dengan nama salah seorang alumni yang berpartisipasi
membangun gedung ini. Para alumni yang telah sukses, turut serta membantu
memenuhi fasilitas kampus. Bentuk sumbangan alumni antara lain pembangunan gedung, lapangan, minimarket,
dan partisipasi lainnya.
Untuk menuju tempat kegiatan belajar, kami
melewati jalan setapak membelah taman. Pada awal musim semi ini, tanaman yang
berbunga tampak meranggas, tak berdaun,
tidak pula berbunga. Hanya tampak sebagai pohon kering, dengan beberapa calon
kuncup di beberapa ranting. Sementara di sisi jalan besar, pohon-pohon tinggi tampak
berdaun hijau. Jarak tempat belajar dengan asrama ditempuh dalam waktu 15 menit
dengan berjalan kaki. Berpindah dari satu aktivitas ke aktivitas lainnya dengan
berjalan jalan kaki, sudah menjadi budaya di kampus ini. Saya menyusuri jalan
menuju Liya building sambil menikmati
pemandangan pohon meranggas di awal musim semi. Penataan pohon-pohon begitu
rapih, walaupun tak berdaun, tetap terlihat indah. Udara sangat dingin menerpa
muka dan jemari tangan. Cuaca cerah, tapi suhu menunjukkan angka 30 C.
Kami memasuki ruangan 20 menit sebelum kegiatan dimulai.
![]() |
Pemandangan taman di awal musim semi |
Tepat pukul 09.00, Prof. Shen Shide mulai
memaparkan materi dengan topik Thinking
and Practice of Leadership Construction. Beliau adalah direktur Jiangshu Vocational Institute of Architectural Technology (JSVIAT). Seorang profesor dengan tampilan yang bersahaja.
Beliau sudah hadir di ruangan 10 menit sebelum kegiatan dimulai. Dalam paparannya beliau menyatakan bahwa bentuk
kepemimpinan di JSVIAT dilakukan melalui dua (2)
cara yaitu, 1) manajemen institusi dan evaluasi kinerja, 2) pengelolaan mahasiswa. Dalam hal evaluasi kinerja, setiap
awal tahun, Dosen diharuskan membuat
perencanaan pembelajaran dan target yang akan dicapai kepada pimpinan institusi.
Penilaian terhadap kinerja Dosen dilakukan periodik setiap bulan, per triwulan, dan akhir tahun. Penilaian tersebut meliputi; perencanaan
pembelajaran, kegiatan pembelajaran, performa mengajar, dan hasil belajar mahasiswa. Penilaian
dilakukan oleh komite penilaian, dan hasilnya akan digunakan untuk pemeringkatan kinerja individu dosen. Hal ini
dilakukan agar dosen selalu termotivasi untuk selalu bekerja dengan baik. Dosen
yang nilai kinerjanya tinggi akan mendapatkan promosi dan bonus berupa uang.
Sebaliknya dosen yang kinerjanya buruk akan dipindah ke tempat lain dibawah
pengawasan atau tidak lagi mengajar. Penilaian
terhadap dosen amat penting, karena kualitas lulusan ditentukan oleh kualitas dosen,
dan kualitas dosen, ditentukan oleh kualitas kepala institusi.
![]() |
Suasana kegiatan pembelajaran di kelas |
Penilaian
terhadap mahasiswa dilakukan setiap
bulan oleh komite penilaian. Aspek yang dinilai terdiri atas prestasi akademik
dan perilaku. Berdasarkan hasil penilaian,
akan diadakan pemeringkatan terhadap pencapaian di akhir tahun. Keberhasilan mahasiswa
dilihat dari performa kegiatan di kelas. Sistem penerimaan mahasiswa di JSVIAT sangat ketat. Mereka
benar-benar menilai calon mahasiswanya dari nilai kelulusan secara akademik,
surat keterangan dokter, surat keterangan psikolog, riwayat kesehatan, riwayat
hidup baik dari keluarganya maupun teman. Hal ini dilakukan agar dapat
memasukan mahasiswa sesuai dengan bakat. Di JSVIAT ada penggolongan kelas,
dimana anak-anak yang pintar dikelompokkan di kelas sain, sedangkan anak yang
kurang pandai dikelompokkan kedalam kelas seni. Pukul 12.00, kegiatan
materi sesi pertama selesai, kami beristirahat dan makan siang di kantin. Materi sesi ke-2 akan dimulai pada pukul
14.00.
Selesai makan siang dan shalat Dzuhur, kami
kembali ke Liya Building, untuk
mengikuti sesi kedua bersama Prof. Duan Zuozhang dengan topik School
Culture Leadership. Kembali menyusuri jalan dengan berjalan kaki, meskipun
matahari terik, udara tetap terasa sejuk. Prof. Zuozhang menyampaikan bahwa China memiliki sistem
pemerintahan yang sangat kuat dan terprogram, termasuk di bidang pendidikan.
Penanaman karakter yang kuat terhadap anak-anak, pendidik, dan seluruh warga
China, agar menjadi orang China sejati yang cinta bangsanya, cinta tanah airnya
dan memiliki sikap dan karakter yang kuat.
![]() |
Prof. Zuozhang sedang menyampaikan materi |
Apa yang terjadi di China saat ini
sudah di rancang puluhan tahun yang lalu. China terkenal dengan politik Obornya
yaitu one belt one route. one belt
yaitu infrastruktur jalan dari daratan ujung eropa sampai ke Australia. One route yang berarti infrastruktur
maritim. Jadi program yang dijalankan di China saat ini adalah program-program
yang sudah direncanakan sebelumnya. Obor terus dinegosiasi oleh penguasa China,
siapapun pemimpinnya, program tetap
berlanjut. Hal ini dikarenakan China memiliki satu tujuan, yaitu menguasai
dunia.
Pada jenjang pendidikan dasar 9 tahun,
China menguatkan penanaman cinta tanah air. Proses pembelajaran secara
berkelompok, dan selalu mengusahakan proyek bersama-sama. Hal itu dilakukan
supaya ada kebersamaan antara guru dan peserta didik. Pada jenjang pendidikan
tinggi, diutamakan pendidikan kejuruan yang menghasilkan lulusan yang terampil,
dan mampu bekerja keras. Agar budaya sekolah tetap terjaga, harus ada guru yang
bekerjasama. Pada jenjang pergurun
tinggi, pihak kampus tidak bekerjasama dengan jenjang pendidikan dibawahnya. Untuk
jenjang SD, SMP, SMA/SMK, para kepala sekolah harus bekerjasama tidak
hanya antar sekolah, tetapi juga kerjasama antar lembaga untuk meyakinkan bahwa
ketika peserta didiknya masuk ke perguruan tinggi, peserta didik tersebut
benar-benar sudah siap. Materi dari Prof. Zuozhang diakhiri pada
pukul 16.30.
![]() |
Kembali ke asrama, setelah kegiatan |
Penguatan budaya siswa, tergantung budaya guru, budaya guru tergantung
keteladanan kepala sekolah. Kepala sekolah adalah kunci, maka kepala sekolah
harus memiliki kompetensi dan keteladanan yang dapat meningkatkan dan
mempertahankan budaya sekolah. Terinspirasi dari dua pemateri hari ini,
sekolah-sekolah di Indonesia harus melaksanakan penguatan pendidikan karakter
(PPK) berbasis budaya sekolah dengan serius. Pihak sekolah harus menganalisis
dan mengevaluasi budaya-budaya sekolah yang bisa dikembangkan. Penguatan Pendidikan
Karakter(PPK) berbasis budaya sekolah memotret berbagai
macam bentuk pembiasaan, model tata kelola sekolah, termasuk di dalamnya
pengembangan peraturan dan regulasi yang mendukung PPK. Proses pembudayaan
menjadi sangat penting dalam penguatan pendidikan karakter karena dapat memberikan
atau membangun nilai-nilai luhur kepada generasi muda. Budaya sekolah yang baik
diharapkan dapat mengubah
perilaku peserta didik menjadi lebih baik (Kemdikbud: 40).
Sebagai pengawas sekolah saya akan melaksanakan
fungsi pengawasan melakukan
pembinaan tentang penguatan pendidikan
karakter berbasis budaya sekolah di setiap sekolah binaan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar