Selasa, 02 April 2019

Semangat di awal musim semi (Belajar ke Negeri China Bagian 5)


Hari ini, selasa 5 Maret 2019, merupakan kegiatan pembelajaran pertama kami. Saya sangat bersemangat untuk mengikuti kegiatan. Menurut jadwal pada handbook, ada dua kegiatan pembelajaran di hari ini. Sesi pertama, materi akan disampaikan oleh Prof. Shen Shide, dengan topik Thinking and Practice of Leadership Construction. Sesi kedua, materi akan disampaikan oleh Prof. Duan Zuozhang, dengan topik  School Culture Leadership. Kegiatan pembelajaran dilaksanakan di Liya building. Gedung tempat kegiatan diberi nama sesuai dengan nama salah seorang alumni yang berpartisipasi membangun gedung ini. Para alumni yang telah sukses, turut serta membantu memenuhi fasilitas kampus. Bentuk sumbangan alumni antara  lain pembangunan gedung, lapangan, minimarket, dan partisipasi lainnya.

Untuk menuju tempat kegiatan belajar, kami melewati jalan setapak membelah taman. Pada awal musim semi ini, tanaman yang berbunga tampak  meranggas, tak berdaun, tidak pula berbunga. Hanya tampak sebagai pohon kering, dengan beberapa calon kuncup di beberapa ranting. Sementara di sisi jalan besar, pohon-pohon tinggi tampak berdaun hijau. Jarak tempat belajar dengan asrama ditempuh dalam waktu 15 menit dengan berjalan kaki. Berpindah dari satu aktivitas ke aktivitas lainnya dengan berjalan jalan kaki, sudah menjadi budaya di kampus ini. Saya menyusuri jalan menuju Liya building sambil menikmati pemandangan pohon meranggas di awal musim semi. Penataan pohon-pohon begitu rapih, walaupun tak berdaun, tetap terlihat indah. Udara sangat dingin menerpa muka dan jemari tangan. Cuaca cerah, tapi suhu menunjukkan angka 30 C. Kami memasuki ruangan 20 menit sebelum kegiatan dimulai.


Pemandangan taman di awal musim semi
Tepat pukul 09.00, Prof. Shen Shide mulai memaparkan materi dengan topik Thinking and Practice of Leadership Construction.  Beliau adalah direktur Jiangshu Vocational Institute of Architectural Technology (JSVIAT). Seorang profesor dengan tampilan yang bersahaja. Beliau sudah hadir di ruangan 10 menit sebelum kegiatan dimulai. Dalam paparannya beliau menyatakan bahwa bentuk kepemimpinan di JSVIAT  dilakukan melalui dua (2) cara yaitu, 1) manajemen institusi dan evaluasi kinerja,  2) pengelolaan mahasiswa. Dalam hal evaluasi kinerja, setiap awal tahun,  Dosen diharuskan membuat perencanaan pembelajaran dan target yang akan dicapai kepada pimpinan institusi. Penilaian terhadap kinerja Dosen dilakukan periodik  setiap bulan, per triwulan, dan akhir tahun.  Penilaian tersebut meliputi; perencanaan pembelajaran, kegiatan pembelajaran, performa mengajar,  dan hasil belajar mahasiswa. Penilaian dilakukan oleh komite penilaian, dan hasilnya akan digunakan untuk  pemeringkatan kinerja individu dosen. Hal ini dilakukan agar dosen selalu termotivasi untuk selalu bekerja dengan baik. Dosen yang nilai kinerjanya tinggi akan mendapatkan promosi dan bonus berupa uang. Sebaliknya dosen yang kinerjanya buruk akan dipindah ke tempat lain dibawah pengawasan atau  tidak lagi mengajar. Penilaian terhadap dosen amat penting, karena kualitas lulusan ditentukan oleh kualitas dosen, dan kualitas dosen, ditentukan oleh kualitas kepala institusi.
Suasana kegiatan pembelajaran di kelas
Penilaian terhadap mahasiswa  dilakukan setiap bulan oleh komite penilaian. Aspek yang dinilai terdiri atas prestasi akademik dan perilaku.  Berdasarkan hasil penilaian, akan diadakan pemeringkatan terhadap pencapaian di akhir tahun. Keberhasilan mahasiswa dilihat dari performa kegiatan di kelas. Sistem penerimaan mahasiswa di JSVIAT sangat ketat. Mereka benar-benar menilai calon mahasiswanya dari nilai kelulusan secara akademik, surat keterangan dokter, surat keterangan psikolog, riwayat kesehatan, riwayat hidup baik dari keluarganya maupun teman. Hal ini dilakukan agar dapat memasukan mahasiswa sesuai dengan bakat. Di JSVIAT ada penggolongan kelas, dimana anak-anak yang pintar dikelompokkan di kelas sain, sedangkan anak yang kurang pandai dikelompokkan kedalam kelas seni. Pukul 12.00, kegiatan materi sesi pertama selesai, kami beristirahat dan makan siang di kantin.  Materi sesi ke-2 akan dimulai pada pukul 14.00.

Selesai makan siang dan shalat Dzuhur, kami kembali ke Liya Building, untuk mengikuti sesi kedua bersama Prof. Duan Zuozhang dengan topik  School Culture Leadership. Kembali menyusuri jalan dengan berjalan kaki, meskipun matahari terik, udara tetap terasa sejuk. Prof. Zuozhang  menyampaikan bahwa China memiliki sistem pemerintahan yang sangat kuat dan terprogram, termasuk di bidang pendidikan. Penanaman karakter yang kuat terhadap anak-anak, pendidik, dan seluruh warga China, agar menjadi orang China sejati yang cinta bangsanya, cinta tanah airnya dan memiliki sikap dan karakter yang kuat.

Prof. Zuozhang sedang menyampaikan materi
Apa yang terjadi di China saat ini sudah di rancang puluhan tahun yang lalu. China terkenal dengan politik Obornya yaitu one belt one route.  one belt yaitu infrastruktur jalan dari daratan ujung eropa sampai ke Australia. One route yang berarti infrastruktur maritim. Jadi program yang dijalankan di China saat ini adalah program-program yang sudah direncanakan sebelumnya. Obor terus dinegosiasi oleh penguasa China, siapapun  pemimpinnya, program tetap berlanjut. Hal ini dikarenakan China memiliki satu tujuan, yaitu menguasai dunia.

Pada jenjang pendidikan dasar 9 tahun, China menguatkan penanaman cinta tanah air. Proses pembelajaran secara berkelompok, dan selalu mengusahakan proyek bersama-sama. Hal itu dilakukan supaya ada kebersamaan antara guru dan peserta didik. Pada jenjang pendidikan tinggi, diutamakan pendidikan kejuruan yang menghasilkan lulusan yang terampil, dan mampu bekerja keras. Agar budaya sekolah tetap terjaga, harus ada guru yang bekerjasama. Pada  jenjang pergurun tinggi, pihak kampus tidak bekerjasama dengan jenjang pendidikan dibawahnya. Untuk jenjang  SD, SMP, SMA/SMK,  para kepala sekolah harus bekerjasama tidak hanya antar sekolah, tetapi juga kerjasama antar lembaga untuk meyakinkan bahwa ketika peserta didiknya masuk ke perguruan tinggi, peserta didik tersebut benar-benar sudah siap. Materi dari Prof. Zuozhang  diakhiri pada pukul 16.30.
Kembali ke asrama, setelah kegiatan 
Penguatan budaya siswa, tergantung budaya guru, budaya guru tergantung keteladanan kepala sekolah. Kepala sekolah adalah kunci, maka kepala sekolah harus memiliki kompetensi dan keteladanan yang dapat meningkatkan dan mempertahankan budaya sekolah. Terinspirasi dari dua pemateri hari ini, sekolah-sekolah di Indonesia harus melaksanakan penguatan pendidikan karakter (PPK) berbasis budaya sekolah dengan serius. Pihak sekolah harus menganalisis dan mengevaluasi budaya-budaya sekolah yang bisa dikembangkan. Penguatan Pendidikan Karakter(PPK) berbasis budaya sekolah memotret berbagai macam bentuk pembiasaan, model tata kelola sekolah, termasuk di dalamnya pengembangan peraturan dan regulasi yang mendukung PPK. Proses pembudayaan menjadi sangat penting dalam penguatan pendidikan karakter karena dapat memberikan atau membangun nilai-nilai luhur kepada generasi muda. Budaya sekolah yang baik diharapkan dapat mengubah perilaku peserta didik menjadi lebih baik (Kemdikbud: 40). Sebagai pengawas sekolah saya akan melaksanakan fungsi pengawasan  melakukan pembinaan  tentang penguatan pendidikan karakter berbasis budaya sekolah di setiap sekolah binaan.







Tidak ada komentar:

Posting Komentar

BPJS Untuk Meningkatkan Kompetensi Guru Menyusun RPP Berdiferensiasi

Oleh: Wati Rosanah, M. Pd.  Pengawas SMP Kabupaten Indramayu  Email: watirosanah44@dinas.belajar.id  BAB I PENDAHULUAN A.     Latar Bela...